Kelainan congenital berupa gangguan dalam organogenesis dan system reproduksi pada janin yang genetic normal.
KELAINAN KONGENITAL BERUPA GANGGUAN DALAM ORGANOGENESIS DARI SISTEM REPRODUKSI PADA JANIN YANG GENETIK NORMAL
VULVA
Himen imperfotarus
Himen
imperfotarus ialah selaput dara yang tidak menunjukan lubang (hiatus
himenalis) sama sekali, suatu kelainan yang ringan dan yang cukup sering
dijumpai. Kemungkinan besar kelainan ini tidak dikenal sebelum
menarche. Sesudah itu molimina menstrualia dialami tiap bulan, tetapi
darah haid tidak keluar. Darah itu terkumpul di dalam vagina dan
menyebabkan hymen tampak kebiru-biruan dan menonjol keluar. Bila keadaan
ini yang dinamakan hematokolpos dibiarkan, maka uterus akan terisi juga
dengan darah haid dan akan membesar (hematometra); selanjutnya akan
timbul pula pengisian tuba kiri dan kanan (hematosalpinks) yang dapat
diraba dari luar sebagai tumor kistik di kanan dan kiri atas simfisis.
Diagnosis
tidak sukar, dan pengobatannya ialah mengadakan himenektomi, dengan
perlindungan antibioktika; darah tua kental kehitam-kehitaman keluar.
Sebaiknya sesudah tindakan penderita dibaringkan dalam letak fowler.
Selama 2 – 3 hari darah tua kental tetap akan mengalir disertai dengan
pengecilan tumor-tumor tadi.
Sekali-kali
pada atresia himenalis ditemukan pada neonatus atau gadis kecil vagina
terisi oleh suatu cairan lender (hidrokolpos). Apabila
timbul tekanan-tekanan dan disertai dengan radang sekunder, hendaknya
himen dibuka dan dipasang drain. Selayaknya diberi pula antibiotika.
Bila
atresia himenalis ditemukan pada gadis kecil tanpa menimbulkan
gejala-gejala, maka keadaan diawasi saja sampai anak lebih besar dan
situasi anatomi menjadi lebih jelas. Dengan demikian dapat diketahui
apakah benar ada atresia himenalis atau apakah vagina sama sekali tidak
terbentuk (aplasia vaginae).
Atresia kedua labium minus
Kelainan
Kongenital ini disebabkan oleh membrana urogenitalis yang tidak
menghilang. Di bagian depan vulva di belakang klitoris ada lubang untuk
pengeluaran air kencing dan darah haid. Koitus
walaupun sukar masih dapat dilaksanakan, malahan dapat terjadi
kehamilan. Pada partus hanya diperlukan sayatan di garis tengah yang
cukup panjang untuk melahirkan janin.
Kelainan
tersebut (atresia labia minora) dapat terjadi pula sesudah partus.
Dalam hal itu radang menyebabkan kedua labium minus melekat, dengan
masih ada kemungkinan penderita dapat berkencing. Pengobatan terdiri atas melepaskan perlekatan dan menjahit luka-luka yang timbul.
Hipertrofi labium minus kanan/kiri
Ini
dapat terjadi pada satu atau kedua labium minus. Pemberian pengertian
bahwa keadaan tersebut bukan suatu hal yang mengkhawatirkan biasanya
cukup. Bila penderita tetap merasa terganggu karenanya, maka
pengangkatan jaringan yang berlebihan dapat dikerjakan.
Duplikasi vulva
Ini
jarang sekali ditemukan. Bila ada, biasanya ditemukan pula
kelainan-kelainan lain yang lebih berat, sehingga bayi itu tidak dapat
hidup.
Hipoplasi vulva
Ditemukan
bersamaan dengan genitalia interna yang juga kurang berkembang pada ke
adaan hipoestrogenisme, infatilisme, dan lain-lain. Biasanya ciri-ciri
seks sekunder juga tidak berkembang. Pepatah perancis mengatakan la
vulve est le mirroir de l’ovair (vulva mencerminkan keadaan ovarium).
Kelainan perineum
Pada
kloaka persistens karena septum urogenital tidak tumbuh, bayi tidak
mempunyai lubang anus, atau anus bermuara dalam sinus urogenitalis, dan
terdapat satu lubang dari mana keluar kencing dan feses.
0 komentar:
Posting Komentar